Friday, August 21, 2009

Kios Pulsa Penyelesaian Masalah Lima Bulan

kios pulsaKios pulsa jika orang tua tidak bisa menjawabnya, jujur menjawab bahwa orang tua tidak ditemukan jawabannya, dan berusahalah untuk mencari tahu apa yang terbaik untuk menjawab pertanyaan anak. Karena anak merasa lebih senang jika Anda jelas jawaban dari orang tua. Djuriah besar rasa sakit dalam dada, sebagai calon presiden untuk membahas perdebatan kesejahteraan masyarakat malam itu.

Dia tidak tertarik dalam Djuriah no televisi di ruang istirahat bedeng pilih dekat dan dekat, dalam posisi pemulung Petukangan Utara, Jakarta Selatan. Perempuan 50 tahun, pelan-pelan memejamkan mata, di kasur yang tipis, m kios pulsa dibungkus lembar tumit. Penyakit yang sangat menyedihkan, kambuh lagi. Djuriah, penyakit jantung.

Bagaimana pemulung, sakit jantung adalah sulit untuk menguji. Pikiran jembar dibentang ibu dari empat anak-anak, sehingga mereka tidak agar mereka ke rumah sakit. Jika itu terjadi, dunia Djuriah datang. Tapi sampai pagi hari berikutnya, yang sakit tidak bisa. Djuriah dipaksa untuk mati-matian RS Fatmawati. Sejak mkios pulsa pinjaman sebesar Rp 300 ribu, sampai ia UGD. Menunggu satu hari, akhirnya dia bisa dapat kamar Rawat Inap.

Sejak 2006, Djuriah kiri suaminya meninggal. Sekarang dia tinggal bersama tiga anak-anak, bekerja sebagai kuli bangunan, pemulung, dan toko-penjaga. Sementara anak itu menikah. Sebelum tinggal di situasi Djuriah kontrak pemulung kios pulsa dan keluarganya itu di rumah ngontrak kartu. Tapi kebutuhan lebih hari dari berat, sehingga mereka dalam mencari tempat tinggal, murah, Rp 150 ribu per bulan. Itulah oleh keringat Djuriah dan anak-anak mereka.

Janda yang kacau, dengan hati hati terperi tidak selalu memo dan memulung sampah. Setiap hari, ia membiarkan tubuhnya mulai Renta, dipanggang, terbakar Minggu Dia tidak ingin kehilangan, hanya untuk memuji kios pulsa com menderita kemiskinan. Aspal panas ditapaki hari untuk menemukan rancangan beras. Dengan cukup baik oleh welding streaming. Tidak mencuri terutama mencuri.

Dia meninggalkan negerinya, Cirebon, sekitar empat puluh tahun. Jakarta, untuk orang-orang seperti Djuriah Desa magnet yang menarik. Kemiskinan di rumah ini semakin akut, tidak dapat dilanjutkan. Metropolitan nampaknya harga pulsa m kios menawarkan mencari uang cepat. Tapi harapan itu semua. Jantung pusat kenyataan hidup semua kesenjangan.

Di Jakarta, paradoks dari realitas sosial lebih vulgar. Pemukiman mewah dengan bedeng-bedeng bersanding ing di sudut kota. Tidak sulit untuk menemukan bahwa tugas orang-orang miskin, antara mewah Ingar pemandangan sekelompok orang. Setiap hari, seorang pemulung rapat dengan orang-orang yang kios pulsa elektrik berkomitmen untuk Rp 3 juta untuk satu makan. Jakarta juga merupakan pertengahan politisi dan pemimpin bangsa berbusa busa-talk "kemiskinan." Kemudian slogan-slogan, teronggok dalam diskusi yang tidak ada di ujung pangkalnya.

Mengingat lainnya, masyarakat miskin di sudut kota, tanah itu juga sekelompok orang "menampilkan baik". Lebih menyedihkan, "menampilkan baik" ini menunjukkan bahwa sangat menonjol politisi. Seperti yang diklaim akan keberpihakannya pada komunitas bernama Wong Cilik, ploletar manusia, atau bahkan Marha. Keberpihakan begitu cepat dalam waktu yang sama yang menguntungkan, yang kemudian dibangkitkan kembali Jelang pesta demokrasi masing-masing kios pulsa.

No comments:

Post a Comment